ARTICLE AD BOX
Tujuannya, mengharmoniskan semesta dan memohon agar diberkati semangat baru untuk membangun kembali pura. Dua sulinggih yang muput upacara itu, di Pura Puseh, Banjar Amerta Sari, Desa Culik, Kecamatan Abang, Karangasem, Soma Kliwon Uye, Senin (9/12). Mereka yakni Ida Pedanda Agra Dwipayana dari Gria Agung Uma Datu, Gianyar dan Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Sogata dari Gria Jelantik, Banjar Geria, Desa Culik, Kecamatan Abang.
"Ini upacara yang keduakalinya, sebelumnya kamo melaksanakan upacara Guru Piduka pada Buda Kliwon Matal, Rabu (4/12)," jelas Baga Pawongan Desa Adat Culik I Wayan Jaya kepada NusaBali di Amlapura, Selasa (10/12).
Jaya mengatakan, upacara Pamarisudha ini untuk memohon kesempurnaan alam, agar diberkati semangat keagamaan sehingga ke depan menjadi aman, tentram dan sentosa. Upacara Lebur Sangsa untuk menetralisir semesta dari pengaruh negatif. Dua upacara ini juga untuk menyikapi fenomena alam yang terjadi selama ini.
Harapannya, agar alam jadi harmonis baik di bhuana alit maupun bhuana agung sehingga terhindar dari segala bahaya. Upacara yang dilaksanakan kedua kalinya ini bersumber dari lontar Rogha Senghara Bumi, Tutur Babad Dewa dan Usadaning Sarwa Satru.
Sedangkan saat menggelar upacara Guru Piduka, Buda Kliwon Matal, Rabu (4/12), sebagai bentuk ritual permohonan maaf, atas kelalaian umat sehingga menyebabkan terjadi musibah kebakaran yang terjadi. Pihaknya berharap musibah itu tidak terulang kembali, dan umat introspeksi diri.
Kebakaran melanda Pura Puseh, Desa Adat Culik, Jumat (29/11), meludeskan 8 palinggih, Kerugian yang terjadi akibat kebakaran, Jumat (29/11), sebesar Rp 1,2 miliar. "Hanya saja belum ada paruman yang membahas secara khusus, rencana perbaikan palinggih," katanya.
Kebakaran itu terjadi berawal dari Jro Mangku Santika, pamangku di Pura Puseh, Desa Adat Culik, pukul 08.00 Wita melayani dua krama melakukan persembahyangan terkait melaksanakan upacara Matur Piuning. Setelah krama menghaturkan banten di seluruh palinggih disertai menancapkan dupa, Mangku Santika muput pamuspaan itu.
Mangku Santika sempat mengingatkan kepada kedua krama agar tidak menancapkan dupa di setiap palinggih, atau paling tidak usai melakukan persembahyangan dupa yang ditancapkan itu diambil dan dimatikan, menghindari terjadinya kebakaran.
Ternyata setelah melakukan persembahyangan kedua krama bersama Mangku Santika, meninggalkan Pura Puseh, menyusul ada pemberitahuan Pura Puseh terbakar, pukul 10.00 Wita. Ada delapan palinggih beratap ijuk ludes terbakar.7k16