ARTICLE AD BOX
Sebagai salah satu perusahaan milik daerah, Lihadnyana juga memberikan motivasi agar Bank Buleleng 45 dapat berkembang seperti 3 perusahaan daerah lainnya. Dia pun menginstruksikan direksi untuk memetakan persoalan dan juga kendala yang selama ini dihadapi untuk segera dicarikan solusi.
Dari 4 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Bank Buleleng 45 selalu mendapatkan catatan setiap tahunnya. Terutama dalam pembahasan bersama DPRD Buleleng. Kondisi Bank Buleleng 45 sejauh ini belum dapat berkembang baik dan selalu dilaporkan merugi setiap tahunnya. Hal ini disebabkan banyak faktor, mulai dari banyaknya kredit macet, neraca keuangan warisan yang tidak baik dan faktor lainnya.
Lihadnyana menyebut dari hasil kunjungannya dari memetakan sejumlah persoalan yang dialami Bank Buleleng 45. Mulai dari masalah kredit macet, kredit potensi macet, maupun penempatan sumber daya manusia. Hal utama yang ditekankannya soal integritas kerja.
“Karena ini bank, yang dipentingkan di sini itu adalah menyangkut masalah integritas, kapabilitas, kompetensi pegawai,” ucap Lihadnyana.
Lihadnyana langsung menginstruksikan dalam menempatkan pegawai dalam suatu jabatan, harus melihat dan menyesuaikan kemampuan personal dengan kualifikasi dan kebutuhan jabatan. Hanya yang benar-benar memenuhi kriteria yang semestinya menempati jabatan yang sesuai. Terlebih, mengurus lembaga keuangan perlu kehati-hatian dan kecermatan lebih.
”Yang dikelola uang jadi harus memiliki integritas yang tinggi. Kalau dia kapabel, berarti dia dari aspek kompetensi, kemampuan, human relation atau hubungan antar manusia itu juga harus menjadi pertimbangan,” imbuh Pejabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini.
Dia pun berharap PT BPR Bank Buleleng 45 bisa menunjukkan performa baik sebagai BUMD, yakni dengan berkontribusi pada pembangunan daerah. Selain memetakan kendala dan masalah yang dihadapi Bank Buleleng 45 juga diminta untuk menciptakan inovasi. Direksi maupun komisaris memiliki kepekaan terhadap perubahan lingkungan. Sehingga mampu unggul dalam dalam persaingan dengan lembaga keuangan lainnya di Kabupaten Buleleng.
Evaluasi berkala juga ditekankannya perlu dilakukan agar tetap mampu berkinerja optimal dan meraih kepercayaan masyarakat Kabupaten Buleleng. Termasuk perbaikan sistem kerja bagi pegawai-pegawai utamanya yang bergerak di sektor kredit.
“Saat pencairan kredit jangan hanya melempar uang untuk mencapai target, tetapi menganalisis secara proporsional dan kelayakan sesuai aturan-aturan,” terang Lihadnyana. Dia tidak menginginkan, pencairan kredit tinggi tetapi ujung-ujungnya banyak yang macet karena memaksakan pencairan pada nasabah yang tidak memenuhi syarat.
Dalam waktu dekat ini Lihadnyana berencana akan mengumpulkan seluruh pegawai PT BPR Bank Buleleng 45, untuk memberikan arahan dan penekanan terhadap performa dan kinerja.7 k23